Mengenal Lebih Dekat tentang Sunnah Muakkad dan Sunnah Ghairu Muakkad dalam Islam
Sumber Gambar: Dream.co.id |
Pendahuluan sunnah muakkad merujuk pada tindakan atau amalan yang dianjurkan secara tegas oleh Nabi Muhammad SAW dan dilakukan secara rutin. Sunnah muakkad merupakan sunnah yang ditekankan dan diperintahkan dengan kuat oleh Rasulullah, tetapi bukan wajib atau fardhu. Meskipun tidak wajib, melaksanakan sunnah muakkad sangat dianjurkan dan memberikan pahala yang besar.
Pendahuluan sunnah muakkad mencakup berbagai tindakan yang dilakukan sebelum menjalankan ibadah tertentu, seperti shalat. Contohnya, dalam shalat, pendahuluan sunnah muakkad meliputi tindakan seperti wudhu yang sempurna, membaca doa sebelum masuk ke dalam masjid, melakukan takbiratul ihram, dan membaca doa iftitah sebelum memulai rakaat pertama.
Selain itu, pendahuluan sunnah muakkad juga dapat berkaitan dengan ibadah-ibadah lainnya, seperti puasa, haji, zakat, dan sebagainya. Misalnya, sebelum berpuasa, pendahuluan sunnah muakkad dapat meliputi sahur, niat puasa, dan membaca doa-doa sunnah.
Melaksanakan pendahuluan sunnah muakkad memiliki manfaat yang beragam. Pertama, melaksanakan sunnah muakkad merupakan bentuk ikhtiar untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW. Kedua, melaksanakan pendahuluan sunnah muakkad dapat meningkatkan kualitas ibadah kita, baik dari segi kesempurnaan tata cara maupun konsentrasi dan khusyuk dalam menjalankan ibadah.
Selain itu, melaksanakan pendahuluan sunnah muakkad juga dapat memberikan keberkahan dan pahala yang lebih besar. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa siapa pun yang melaksanakan sunnah muakkad, akan mendapatkan pahala seperti orang yang melaksanakan amalan yang wajib.
Dalam menjalankan pendahuluan sunnah muakkad, penting bagi umat Muslim untuk mempelajari dan memahami tuntunan Nabi Muhammad SAW melalui sumber-sumber yang sahih, seperti hadis-hadis yang terpercaya. Dengan demikian, kita dapat mengikuti sunnah dengan benar dan mendapatkan manfaat yang Allah SWT janjikan.
Pendahuluan sunnah muakkad merupakan bagian yang penting dalam menjalankan ibadah dengan sempurna dan mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW. Dengan melaksanakan sunnah muakkad, kita dapat meningkatkan kualitas ibadah, mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta mendapatkan pahala yang besar.
Sunnah Muakkad
Contoh Sunnah Muakkad
Benar, berikut adalah beberapa contoh Sunnah Muakkadah yang termasuk dalam amalan shalat:
-
Shalat Dhuha: Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah terbitnya matahari, sekitar pertengahan pagi. Nabi Muhammad SAW sangat menekankan pentingnya melaksanakan shalat Dhuha. Sunnahnya adalah melakukan shalat Dhuha sebanyak dua atau empat rakaat, tetapi jumlah rakaatnya dapat disesuaikan dengan kebiasaan atau kemampuan seseorang.
-
Shalat Tahajud: Shalat Tahajud adalah shalat sunnah yang dilakukan pada malam hari setelah tidur, sebelum waktu shalat Subuh. Shalat Tahajud sangat dianjurkan dan merupakan salah satu amalan yang sangat istimewa. Nabi Muhammad SAW secara rutin melaksanakan shalat Tahajud. Sunnahnya adalah melakukan shalat Tahajud dengan melakukan dua rakaat awal, kemudian dilanjutkan dengan rakaat-rakaat tambahan sesuai dengan keinginan dan kemampuan individu.
-
Shalat Tahiyatul Masjid: Shalat Tahiyatul Masjid adalah shalat sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan ketika seseorang memasuki masjid. Sunnahnya adalah melakukan dua rakaat shalat sunnah sebagai tanda salam kepada masjid. Shalat Tahiyatul Masjid dapat dilakukan setiap kali masuk ke masjid, baik untuk shalat fardhu maupun hanya untuk berziarah ke masjid.
-
Shalat Witir: Shalat Witir adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah shalat Isya' dan sebelum shalat Subuh. Shalat Witir sangat dianjurkan dan merupakan shalat yang penuh keutamaan. Sunnahnya adalah melakukan shalat Witir dengan tiga rakaat tunggal. Bisa dilakukan dengan satu salam setelah rakaat kedua atau dilanjutkan dengan rakaat ketiga tanpa salam di antara keduanya.
-
Shalat Tarawih: Shalat Tarawih adalah shalat sunnah yang dilakukan secara berjamaah pada bulan Ramadhan setelah shalat Isya'. Nabi Muhammad SAW memulai pelaksanaan shalat Tarawih secara berjamaah, meskipun kemudian beliau tidak melanjutkan untuk melaksanakannya secara berjamaah. Sunnahnya adalah melaksanakan shalat Tarawih dengan jumlah rakaat yang fleksibel, biasanya antara 8 hingga 20 rakaat, dengan dua rakaat salam setiap empat rakaat.
Penting untuk diingat bahwa pelaksanaan Sunnah Muakkadah tidak diwajibkan, tetapi sangat dianjurkan. Melaksanakan sunnah-sunnah ini dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memberikan keutamaan serta pahala yang besar.
Sunnah Ghairu Muakkad
Sunnah Ghairu Muakkad (non-emphasized sunnah) merujuk pada tindakan atau amalan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW, tetapi tidak dengan tingkat kekuatan dan konsistensi yang sama seperti Sunnah Muakkadah. Meskipun tidak ditekankan secara tegas, melaksanakan Sunnah Ghairu Muakkad tetap memberikan keutamaan dan pahala kepada pelakunya.
Contoh-contoh Sunnah Ghairu Muakkad meliputi:
-
Shalat Sunnah Rawatib sebelum dan setelah shalat fardhu: Selain shalat sunnah sebelum fardhu yang termasuk dalam kategori Sunnah Muakkadah, terdapat pula shalat sunnah rawatib yang tidak memiliki tingkat penekanan yang sama. Contohnya adalah shalat sunnah rawatib sebelum Shalat Dzuhur (dua rakaat), sebelum Shalat Asr (empat rakaat), dan setelah Shalat Isya' (dua rakaat).
-
Shalat Istikharah: Shalat Istikharah adalah shalat sunnah yang dilakukan ketika seseorang ingin memohon petunjuk Allah SWT dalam menghadapi suatu pilihan atau keputusan. Meskipun tidak termasuk dalam Sunnah Muakkadah, shalat Istikharah dianjurkan dan dapat dilakukan secara sukarela.
-
Puasa Sunnah pada hari-hari tertentu: Selain puasa-puasa sunnah yang termasuk dalam Sunnah Muakkadah, terdapat pula puasa-puasa sunnah yang tidak memiliki tingkat kekuatan yang sama. Contohnya adalah puasa pada hari-hari putih (Ayyamul Bidh) yaitu pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriah, puasa pada hari Senin dan Kamis, puasa pada bulan-bulan haram (Muharram, Rajab, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah), dan sebagainya.
-
Membaca dzikir dan doa-doa sunnah: Terdapat berbagai dzikir dan doa-doa sunnah yang dianjurkan untuk dibaca dalam berbagai situasi dan waktu tertentu. Contohnya adalah membaca doa ketika masuk dan keluar rumah, membaca doa sebelum dan sesudah makan, membaca doa ketika berpakaian, membaca doa sebelum tidur, dan sebagainya.
-
Amalan-amalan ibadah lainnya: Selain shalat dan puasa, terdapat pula amalan-amalan ibadah lainnya yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Contohnya adalah memberi sedekah secara sukarela, berinfak untuk kebaikan dan amal jariyah, menyambung silaturahmi, membantu orang lain, dan melakukan kebajikan-kebajikan lainnya.
Meskipun Sunnah Ghairu Muakkad tidak memiliki tingkat penekanan yang sama seperti Sunnah Muakkadah, melaksanakannya tetap memberikan keutamaan dan pahala. Umat Muslim dianjurkan untuk melaksanakan sebanyak mungkin sunnah-sunnah ini sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.
Perbedaan Salat Sunnah Muakkad dan Ghairu Muakkad
Perbedaan antara Salat Sunnah Muakkad dan Ghairu Muakkad adalah tingkat penekanan atau kekuatan anjuran dalam melaksanakannya. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang perbedaan keduanya:
-
Salat Sunnah Muakkad:
- Salat Sunnah Muakkad adalah salat sunnah yang sangat dianjurkan dan ditekankan dengan kuat oleh Nabi Muhammad SAW.
- Penekanannya terlihat dari konsistensi Nabi dalam melaksanakan salat tersebut dan menyampaikan anjuran kepada umatnya untuk melaksanakannya.
- Pelaksanaannya secara rutin dan teratur memberikan keutamaan yang lebih besar daripada salat-salat sunnah lainnya.
- Contoh-contoh salat sunnah Muakkadah adalah Salat Dhuha, Salat Tahajud, Salat Witir, dan Salat Tarawih.
-
Salat Sunnah Ghairu Muakkad:
- Salat Sunnah Ghairu Muakkad adalah salat sunnah yang tetap dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW, tetapi dengan tingkat penekanan yang lebih rendah daripada salat-salat sunnah Muakkadah.
- Anjuran untuk melaksanakannya tidak sekuat anjuran pada salat-salat sunnah Muakkadah.
- Pelaksanaannya tidak perlu dilakukan secara rutin dan teratur, tetapi tetap memberikan keutamaan dan pahala yang baik.
- Contoh-contoh salat sunnah Ghairu Muakkadah termasuk Salat Sunnah Rawatib, Salat Istikharah, dan salat-salat sunnah pada hari-hari tertentu seperti puasa pada hari-hari putih (Ayyamul Bidh).
Penting untuk dicatat bahwa baik Salat Sunnah Muakkad maupun Ghairu Muakkad memiliki nilai ibadah yang tinggi dan memberikan manfaat spiritual. Meskipun Salat Sunnah Muakkad ditekankan lebih kuat, melaksanakan kedua jenis salat sunnah ini merupakan perbuatan baik dan dianjurkan dalam agama Islam.
Post a Comment